Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/ijlfs <p><strong>About Journal</strong></p> <p>Indonesian Journal of Legal Forensic Sciences (IJLFS) is a peer-reviewed journal published by Universitas Udayana. IJLFS has been accredited by the Indonesian Ministry of Research Technology and ranked Sinta 4 by Science and Technology Index. For more information, please read the Journal Description and sidebar menu.</p> <p> </p> <p><strong>Journal Description</strong></p> <table> <tbody> <tr> <td width="150"> <p>Journal tittle</p> <p>Abbreviation</p> <p>DOI Prefix</p> <p>ISSN</p> <p>Indexing</p> <p>Frequency</p> <p>Editors</p> <p>Journal History</p> </td> <td width="474"> <p>: Indonesian Journal of Legal Forensic Sciences</p> <p>: IJLFS</p> <p>: 10.24843 by Crossref</p> <p>: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1554776764" target="_blank" rel="noopener">2657-0815</a> (e) and <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1180424557" target="_blank" rel="noopener">1979-1763</a> (p)</p> <p>: <a href="https://scholar.google.co.id/citations?hl=en&amp;user=ovcDBOIAAAAJ&amp;view_op=list_works&amp;gmla=AJsN-F6LgUwCoMmh1h_8i6atKh_HuRbYyfNglJazbkLbEkhTXjDg7ADuglZbg2Qfwj9k12tM6YnZor-FD0-wYmWx0vHzjTfo9A" target="_blank" rel="noopener">Google Scholar</a>, <a href="https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/profile/7851" target="_blank" rel="noopener">Sinta</a>, and <a href="https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/ijlfs/Indexing" target="_blank" rel="noopener">view more</a></p> <p>: 2 issues/year (June and December)</p> <p>: See <a href="https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/ijlfs/EditorialTeam" target="_blank" rel="noopener">Editorial Team</a></p> <p>: See <a href="https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/ijlfs/JournalHistory" target="_blank" rel="noopener">Journal History</a></p> </td> </tr> </tbody> </table> <p><br /><br /></p> Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia bersama Lab. Forensik Sains dan Kriminilogi - Universitas Udayana en-US Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 1979-1763 Tato sebagai Metode Identifikasi Korban Meninggal Tanpa Identitas https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/ijlfs/article/view/5 <p><span class="fontstyle0">The identification of individuals is a critically important aspect of the forensic examination process, as errors<br>in the identification process can have fatal consequences in the legal proceedings. The identification of a living patient<br>can be carried out through various methods, including fingerprint identification, visual recognition, documentation,<br>accessories, dental records, serological examinations, and biomolecular analysis. Presented is a case study of a male<br>individual who died as a result of a motor vehicle accident involving a bus, which resulted in head and chest trauma,<br>leading to the victim's immediate demise at the scene. No identifying marks were found on the victim, but the victim<br>had a tattoo on the left chest. Identification and external examinations were conducted by a team of doctors and<br>INAFIS personnel, synchronized with the information provided by the victim's family. Subsequently, an analysis was<br>performed, correlating with a review of the literature based on scientific publications. The final result was the<br>successful identification of the deceased individual, thus concluding that tattoos can be used as one of the methods of<br>identification for individuals or unidentified bodies, supported by other methods such as family data and other unique<br>individual characteristics. However, the use of tattoos needs to be handled with caution due to the risk of infection,<br>allergies, or the transmission of infections through poorly executed and unclean tattoo procedures.</span> </p> Niufti Ayu Dewi Mahila Mahila Copyright (c) 2024 Niufti Ayu Dewi Mahila Mahila https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 14 1 01 07 10.24843/IJLFS.2024.v14.i01.p01 Anthropometric Comparative Study of Nasal Morphology between Malaysian and Indonesian Populations https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/ijlfs/article/view/16 <p>Nasal morphology is one of the most crucial anthropometric characteristics of the human face. Furthermore, the nose is a pivotal feature in constructing a biological profile. In this cross-sectional study, we examined the nasal morphology of 103 Malaysian and 109 Indonesians, totaling 212 individuals from both groups. A comprehensive analysis involved the measurement of 12 nasal morphological features. The statistical tool employed for the analysis was a t-test, which revealed significant differences in various parameters between Malaysians and Indonesians (p&lt;0.05). These findings demonstrate the statistical importance of nasal morphology in discerning racial and ethnic differences. This research suggests that nose measurements could be instrumental in resolving identity mysteries, making them valuable for forensic examination.</p> Muhammad Khairie Basjuri Anita Zara Weinheimer Eddy Saputra Rohmatul Amin Muhammad Jefri Mohd Yusof Copyright (c) 2024 Muhammad Khairie Basjuri, Anita Zara Weinheimer, Eddy Saputra Rohmatul Amin, Muhammad Jefri Mohd Yusof https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 14 1 8 15 10.24843/IJLFS.2024.v14.i01.p02 Studi Literatur: Investigasi Antropologi Forensik ditinjau Berdasarkan Mekanisme Trauma pada Tulang Akibat Benda Tumpul https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/ijlfs/article/view/9 <p>Antropologi forensik dapat dikatakan sebagai disiplin pelengkap untuk patologi forensik dalam pemeriksaan sisa tulang. Dalam melakukan analisis trauma pada tulang harus mampu membedakan efek modifikasi yang disebabkan oleh manusia, seperti medis dan kriminal dengan modifikasi kerena faktor lingkungan dan alamiah yang dikaitkan dengan hewan maupun pembusukan. Meskipun tidak bisa mencerminkan semua luka yang diterima pada setiap kulit, analisis antropologi sisa kerangka berpotensi memberikan banyak informasi tentang peristiwa traumatis. Trauma benda tumpul merupakan jenis cedera yang paling sering ditemui dan kepala adalah lokasi yang paling umum, terutama pada kasus pembunuhan. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan analisis menyeluruh terhadap cedera yang diakibatkan benda tumpul. Penelitian ini mengadopsi metode studi pustaka yang merupakan sebuah pendekatan dalam penelitian dengan menggunakan sumber informasi dari literatur atau dokumen tertulis sebagai basis untuk menyusun kerangka pemikiran dan data penelitian. Hasil dari penelitian ini ialah fraktur butterfly merupakan trauma benda tumpul pada tulang panjang yang paling khas terlihat, sedangkan trauma oleh benda tumpul pada kranium dapat membentuk pola retakan yang berpusat (concentric fractures) serta memancar (radiating fractures). Bagian sisi pada trauma juga dapat memberi gambaran terkait peristiwa traumatis yang terjadi, seperti perkiraan arah serangan yang diterima korban. Selain itu, penilaian waktu cedera menjadi tantangan dalam analisis investigasi antropologi forensic, dimana hal ini dibedakan atas trauma antemortem, perimortem serta postmortem. Perlu diingat bahwa setiap kasus dapat berbeda karena terdapat pengaruh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Perbedaan ini mungkin tidak selalu terlihat pada setiap individu.</p> Nailul Izzah Mahrusah Copyright (c) 2024 Nailul Izzah Mahrusah https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 14 1 16 30 10.24843/IJLFS.2024.v14.i01.p03 Perbandingan Teknik Deteksi Restorasi Resin Komposit dalam Identifikasi Gigi pada Mayat (Review) https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/ijlfs/article/view/22 <p>Peningkatan kualitas resin komposit dari segi estetika dapat mempersulit ahli odontologi forensik untuk mengidentifikasi jenazah. Komposisi resin komposit yang ada membuat restorasi gigi terlihat alami karena sifat translusensi, fluoresensi, opalesensi, dan adaptasi <em>margin</em> yang baik. Selain itu, pada bencana massal, identifikasi korban yang dilakukan di lokasi yang tidak memiliki akses air dan listrik, akan menghambat proses pemeriksaan visual, terutama karena adanya cairan pembusukan dan darah pada rongga mulut mayat dan adanya kondisi <em>rigor mortis</em> (kesulitan membuka mulut jenazah). <em>Review</em> ini bertujuan untuk menganalisis metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi restorasi resin komposit pada jenazah manusia dan implikasinya dalam odontologi forensik. Ada berbagai teknik untuk mengidentifikasi restorasi komposit dalam pemeriksaan forensik. Perbandingan radiografi gigi <em>ante-mortem</em> dan <em>post-mortem</em> adalah teknik yang paling umum digunakan untuk membedakan tambalan resin komposit dari struktur gigi asli (email dan dentin), tetapi tidak dianjurkan untuk mendeteksi restorasi kecil. Namun, <em>fluorescence-aided identification technique</em> (FIT) menunjukkan akurasi yang lebih tinggi dalam hal ini karena perbedaan intensitas fluoresensi antara restorasi dan struktur gigi. Metode optik lainnya seperti FOTI (<em>fiber optic trans-illumination</em>) dan DiFOTI (<em>digital fiber optic trans-ilumination</em>) dianggap sebagai alternatif tetapi FIT <em>(fluorescence-aided identification technique)</em> tetap lebih unggul dibandingkan teknik ini. Teknik pewarnaan juga menjadi pilihan untuk identifikasi tambalan komposit jika fluoresensi tidak dapat dibedakan. Investigasi lebih lanjut diperlukan untuk menemukan teknik terbaik atau kombinasi teknik untuk menghindari kesalahan dokumentasi dalam pemeriksaan gigi forensik.</p> <p><strong>Kata kunci:</strong> restorasi resin komposit; identifikasi gigi; teknik <em>fluorescence-aided identification</em>; radiografi gigi; teknik pewarnaan; odontologi forensik</p> Fahriza Rizki Oktaviana Elza Ibrahim Auerkari Ferry Pergamus Gultom Ade Firmansyah Sugiharto Copyright (c) 2024 Fahriza Rizki Oktaviana, Elza Ibrahim Auerkari, Ferry Pergamus Gultom , Ade Firmansyah Sugiharto https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 14 1 31 46 10.24843/IJLFS.2024.v14.i01.p04 Implementasi Pelayanan Telefarmasi di Apotek Jejaring X di Bali Sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/ijlfs/article/view/12 <p>Telefarmasi didefinisikan sebagai bentuk pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada pasien melalui jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pelayanan telefarmasi dapat diimplementasikan pada seluruh pusat pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit atau apotek. Pelayanan telefarmasi di apotek menghadirkan tantangan dan peluang baru bagi apoteker untuk memperluas cakupan praktik pelayanan kefarmasian yang diberikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif observasional dengan melakukan wawancara terhadap manajer, apoteker pengelola dan TTK yang bekerja di apotek Jejaring X terkait pelayanan telefarmasi yang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran terkait implementasi sistem pelayanan telefarmasi di Apotek Jejaring X Provinsi Bali sesuai dengan KepMenkes RI Nomor HK.01.07/MENKES/4829/2021, PMK No.14 tahun 2021, dan Peraturan BPOM No.8 tahun 2020. Objek penelitian ini dikhususkan pada Apotek Jejaring X yang berlokasi di Provinsi Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan telefarmasi yang dilakukan pada Apotek Jejaring X telah dilakukan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Layanan tersebut melibatkan berbagai aspek, seperti evaluasi resep, penyaluran obat, pemberian KIE dan PIO, kegiatan konseling, monitoring terapi dan efek samping obat, hingga pelayanan farmasi di rumah. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa layanan telefarmasi di Apotek Jejaring X Provinsi Bali telah memenuhi regulasi yang berlaku dan dijalankan dengan baik oleh apoteker.</p> Ni Made Widi Astuti Victorya Hartawan Makmur Ni Wayan Febriari Lestari Ni Made Wuni Anamaptani Copyright (c) 2024 Widi Astuti, Victorya Hartawan Makmur, Febri, Wuni https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 14 1 47 60 10.24843/IJLFS.2024.v14.i01.p05 The Role of Visum et Repertum and Clinical Examination in Sexual Violence Cases: A Literature Review https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/ijlfs/article/view/30 <p><strong>Background: </strong>Physical examination of victims of sexual violence is required for the preparation of a visum et repertum as evidence in trial. This review aims to discuss the role of Visum et Repertum and clinical examination of victims who have experienced sexual violence. <strong>Method:</strong> The literature search was carried out through an electronic search engine with keywords related to the purpose of the review. <strong>Discussion:</strong> Visum et Repertum is one of the pieces of evidence to reveal the incidence of sexual violence experienced by the victim. In handling cases of sexual violence, a doctor must understand his role as a medical professional to help disclose cases. Physicians must carry out the necessary clinical examinations to be able to interpret their findings into the Visum et Repertum requested by the police. Also, a physician has a role to help the patient's recovery by providing treatment so that the victim can recover from the trauma experienced by the victim due to sexual violence. Understanding the role of physicians in handling cases of sexual violence can help many parties to reveal cases of sexual violence and reduce the burden on sexual violence victims.</p> Muhammad Luthfi Adnan Niufti Ayu Dewi Mahila Syamsu Tatang Triyuwanto Copyright (c) 2024 Muhammad Luthfi Adnan, Niufti Ayu Dewi Mahila, Syamsu Tatang Triyuwanto https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 14 1 61 72 10.24843/IJLFS.2024.v14.i01.p06 Cover and Table of Contents https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/ijlfs/article/view/373 I M A Gelgel Wirasuta Copyright (c) 2024 I M A Gelgel Wirasuta https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 2024-06-30 2024-06-30 14 1