Metamorfosa: Journal of Biological Sciences
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa
<p><strong>METAMORFOSA</strong> adalah jurnal ilmiah elektronik (<a href="http://u.lipi.go.id/1349951371" target="_blank" rel="noopener">e-ISSN: 2655-8122</a>) yang diterbitkan secara berkala (2 kali dalam satu tahun: bulan Maret dan September) oleh Program Studi Magister Ilmu Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana. Jurnal Metamorfosa memuat karya-karya ilmiah di bidang Biologi Dasar dan Terapan serta bidang-bidang lain yang terkait. Karya ilmiah harus asli (belum pernah dipublikasikan) dan ditulis menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris.</p> <p>Editor akan menolak dan tidak berkewajiban mengembalikan naskah yang formatnya tidak sesuai dengan pedoman atau tidak memenuhi kaidah bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang benar. Semua naskah akan ditelaah (reviewed) oleh dewan redaksi dan <em>reviewe</em>r. Telaah mencakup aspek sistematika atau format, alur penulisan, kedalaman isi tulisan, dan aspek orisinalitas tulisan. Keputusan naskah diterima, direvisi atau ditolak akan disampaikan kepada penulis melalui e-mail segera sebelum periode publikasi pada volume yang bersangkutan.</p>Program Magister Ilmu Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayanaen-USMetamorfosa: Journal of Biological Sciences2302-5697 Karakteristik Telur, Daya Tetas, Pertumbuhan Larva Hermetia illucens, Sintasan Larva Selama Pemeliharaan.
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/197
<p> Larva black soldier fly/BSF (<em>Hermetia illucens</em>) atau yang dikenal sebagai maggot berpotensi digunakan sebagai pakan ikan berprotein tinggi. Sejauh ini maggot telah banyak diaplikasikan sebagai pakan ikan baik dalam bentuk segar, tepung, pelet maupun mikrokapsul. Namun, sampai saat belum ada evaluasi telur maggot yang baik untuk digunakan, daya tetas telur, dan perkembangan maggot yang dipelihara untuk mempertahankan kandungan nutrisinya. Tujuan penelitian adalah memperoleh informasi tentang karakteristik telur, daya tetas dan pertumbuhan Larva <em>H. illucens</em>. Penelitian dilakukan dengan metode survei observasional. Pengamatan dilakukan terhadap model pemeliharaan yang diberikan. Aspek pemeliharan diperhatikan meliputi pemilihan telur, inkubasi, perawatan larva, dan pasca panen. Hasil penelitian diperoleh karakter telur meliputi warna telur yang terdiri dari warna putih (telur usia 0 jam oviposisi), warna kuning (telur usia 6 jam setelah oviposisi), warna kuning keemasan (usia 24 jam setelah oviposisi), dan warna coklat (usai 48 jam telur oviposisi), rata-rata panjang per butir telur 1 mm, rata-rata bobot per butir telur 2,82 µg, rata-rata jumlah telur per gram 35350 butir. Daya tetas telur BSF adalah 98,6 ± 1,09% dan sintasan larva selama delapan hari pemeliharan 95,65±1,08%. Bobot tubuh per ekor pada usia delapan hari (fase instar 6) adalah 120 mg. Kesimpulan dari penelitian ini adalah karakter warna telur menujukkan usia perkembangan yang berbeda dan dengan pemeliharaan yang baik mampu mempertahankan daya tetas telur, sintasan larva dan perkembangan sampai instar enam.</p> <p> </p> <p> </p>Eko SetiyonoEko Setio WibowoSri SukmaningrumSugiharto SugihartoAtang AtangTrisno Haryanto
Copyright (c) 2024
2024-03-242024-03-2411011810.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p1Daya Hambat Ekstrak Aseton Daun Jeringau (Acorus Calamus L.) Terhadap Pertumbuhan Jamur Sclerotium Rofsii
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/202
<p>a</p>Ni Made Susun ParwanayoniNyoman Darsini
Copyright (c) 2024 Metamorfosa: Journal of Biological Sciences
2024-03-242024-03-24110191610.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p2Karakteristik dan Hubungan Kekerabatan Ragam Tanaman Kamboja (Plumeria spp.) Di Pulau Bali Berdasarkan Morfologi
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/208
<p>Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan karakteristik morfologi serta menganalisis hubungan kekerabatan tanaman kamboja (<em>Plumeria</em> sp.) di Pulau Bali. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksploratif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan pendekatan <em>snowball sampling</em>. Sampel tanaman kamboja diambil dari 7 kabupaten dan kota di Bali seperti Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan, Klungkung, Bangli dan Karangasem. Karakter morfologi yang diamati meliputi morfologi batang, daun dan bunga. Hasil karakterisasi diskoring dan dianalisis menggunakan <em>software</em> Minitab Vis.17 untuk menentukan hubungan kekerabatan. Berdasarkan hasil eksplorasi dan karaktersasi diperoleh 38 ragam tanaman kamboja yang termasuk kedalam 3 spesies yakni sebanyak 24 ragam termasuk kedalam spesies <em>Plumeria rubra </em>L.<em>,</em> 9 ragam termasuk kedalam spesies <em>Plumeria alba </em>L. dan sisanya sebanyak 5 ragam termasuk ke dalam spesies <em>Plumeria obstusa </em>L<em>. </em>Dari 55 karakter morfologi memisahkan 38 ragam tanaman kamboja di Bali pada indeks kesamaan 60,28% menjadi 6 kelompok. Karakter spesifik yang membedakan ke-38 ragam tanaman kamboja adalah bentuk daun, bentuk petal, bentuk ujung petal dan warna mahkota bunga.</p> <p> </p> <p> </p>I Komang Alit Adi SanjayaDewi Puspita ApsariI Wayan Wahyudi
Copyright (c) 2024
2024-03-242024-03-241101173710.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p3Identifikasi Tumbuhan Anggrek Genus Dendobrium Sp. Berdasarkan Karakter Morfologi Di Kebun Raya Baturraden
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/209
<p>Anggrek merupakan tumbuhan yang dikoleksi serta dilestarikan di Kebun Raya Baturraden. Tumbuhan Anggrek termasuk ke dalam kelompok tumbuhan dengan jumlah jenis yang tinggi serta tersebar luas. Penyebaran tersebut salah satunya terdapat di Indonesia dengan jenis berkisar 6000 tumbuhan anggrek. Anggrek menjadi salah satu famili tumbuhan bunga terbesar dengan kisaran 7-10% jenis tumbuhan berbunga. <em>Dendobrium</em> adalah genus anggrek terbesar dari Famili Orchidaceae dengan jumlah jenis mencapai 2000 spesies. Di Indonesia keragaman tumbuhan anggrek mencapai 275 spesies. Kebun Raya Baturraden adalah kebun raya yang terletak di kaki Gunung Slamet bagian selatan. Kebun Raya Baturraden memiliki koleksi dengan penempatan sesuai dengan pola taksonomi, salah satunya adalah Orchidaceae (Anggrek). Kebun Raya Baturraden memiliki Anggrek genus <em>Dendobrium</em> dengan koleksi yang melimpah. Kelimpahan tersebut memiliki kesamaan morfologi sehingga perlu dilakukan pencocokan serta indentifikasi morfologi sehingga menentukkan kebenaran secara global. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif melalui identifikasi dan karakterisasi tumbuhan anggrek koleksi yang terdapat di rumah anggrek dan rumah kaca Kebun Raya Baturaden. Identifikasi dan karakterisasi dilakukan dengan mengamati ciri morfologi. Data karakter yang diperoleh diidentifikasi menggunakan buku Orchids of Java. Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan anggrek koleksi genus <em>Dendobrium</em> sp. di Kebun Raya Baturaden diperoleh 14 spesies yang teridentifikasi. Dua spesies diantaranya adalah spesies yang baru diketahui spesiesnya meliputi <em>Dendobrium pachyphyllum</em> dan <em>Dendobrium</em> <em>linearifolium.</em></p> <p> </p> <p> </p>Adristi Shafa WidyasariMochammad Rezky DarmawanWiwik HerawatiYB. Gatot Hardiyanto
Copyright (c) 2024
2024-03-242024-03-241101384910.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p4Keanekaragaman Echinodermata Pada Ekosistem Lamun Di Teluk Kupang NTT
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/210
<p>cukup tinggi dan berfungsi sebagai penyumbang nutrisi yang sangat berpotensi bagi perairan di sekitarnya serta dijadikan sebagai habitat bagi biota laut untuk mencari makan dan tempat berlindung. Salah satu organisme yang hidup berasosiasi dengan lamun adalah filum Echinodermata. Keberadaan Echinodermata sangat berpengaruh penting pada tingkat kesuburan substrat dasar perairan yang disebabkan karena secara tidak langsung Echinodermata merupakan biota bentik pemakan deposit (<em>deposit feeder</em>). Saat ini belum ada informasi tentang keanekaragaman Echinodermata pada ekosistem lamun di Pantai Tebing, Kelurahan Alak, Kota Kupang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis, kelimpahan, dan keanekaragaman <em>Echinodermata</em> serta mengetahui kondisi parameter fisika kimia perairan di ekosistem lamun. Pantai Tebing di lokasi penelitian ditemukan 175 individu <em>Echinodermata</em> yang terdiri atas 17 spesies, 14 genus, 13 famili, dan 4 kelas. Nilai indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman, keseragaman komunitas yang bervariasi. Suhu pada lokasi penelitian adalah 28,68 °C, pH sebesar 7,8, dan salinitas sebesar 30,42. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kondisi parameter sesuai dengan baku mutu No 51 Tahun 2014 antara lain suhu, pH dan salinitas berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perairan Pantai Alak dalam kondisi yang baik.</p> <p> </p> <p> </p>Suprabadevi Ayumayasari SLumban Nauli Lumban ToruanLady Cindy Soewarlan
Copyright (c) 2024
2024-03-242024-03-2411015062Efektivitas Serbuk Daun Kersen (Muntingia calabura L.) dan Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Hiperglikemia
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/211
<p>Dua puluh tujuh ekor tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em> L.) jantan dibagi menjadi 9 kelompok perlakuan yaitu kontrol normal (K1), kontrol negatif (K2), kontrol positif (K3), serbuk daun kersen 800 mg/kgB (K4), serbuk daun kelor 800 mg/kgBB (K5), serbuk daun kersen 1600 mg/kg BB (K6), serbuk daun kelor 1600 mg/kgBB (K7), kombinasi serbuk daun kersen 400 mg/kgBB dan daun kelor 400 mg/kg BB (K8), kombinasi serbuk daun kersen 800 mg/kg BB dan daun kelor 800 mg/kgBB (K9). Pengukuran kadar glukosa darah tikus dilakukan pada hari ke-3, 7, dan 10. Hasil analisis menunjukan bahwa pemberian dosis kombinasi serbuk daun kersen 800 mg/kgBB dan daun kelor 800 mg/kgBB merupakan dosis yang paling efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan</p>Elsi ElsiIriani SetyawatiNonny ManampiringYermia Semuel MokosuliAnita Constanci Christine TengkerHelen Joan Lawalata
Copyright (c) 2024 Metamorfosa: Journal of Biological Sciences
2024-03-292024-03-291101637210.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p6Loloh Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Tidak Cukup Kuat Sebagai Minuman Antioksidan Untuk Memperkuat Sistem Pengobatan Tradisional
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/219
<p>Total Flavonoid dianalisis dengan menggunakan larutan standar quarsetine. Tanin dianalisis dengan menggunakan pereaksi Folin-Denis, aktivitas antioksidan dianalisis dengan menggunakan 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) sebagai sumber radikal bebas, dan antibakteri dengan metode difusi pada Mueller Hinton Agar (MHA). Hasil penelitian menunjukkan total fenol, total flavonoid, tanin, dan IC50 loloh VB berturut-turut adalah 48,78 mgGAE/100g, 107,31 mg QE/100g, 72,24 mg/100 g, dan 3553,37 ppm. Sedangkan VL berturut-turut sebasar 91,40 mgGAE/100g, 305,65 mg QE/100g, 153,43mg/100g, dan 1507,85ppm. Loloh VB maupun VL belum mampu untuk menghambat pertumbuhan bakteri baik bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif. Namun, ekstrak etanol VB dan VL mampu menghambat bakteri Gram-positif tetapi tidak bakteri gram negatif. Kesimpulan, loloh VB dan VL belum cukup kuat sebagai minuman yang kaya senyawa bioaktif dengan kemampuan sebagai antioksidan maupun antibakteri.</p>I Nyoman ArsanaA.A.Ayu Sauca Sunia WidyantariI Ketut WinantraNi Putu Dyah Sartika SariNi Made Ayu SuwandaniNi Ketut Ayu Juliasih
Copyright (c) 2024 Metamorfosa: Journal of Biological Sciences
2024-03-292024-03-291101738110.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p7Identifikasi dan Skrining Fitokimia Jamur Endofit pada Mangrove Sonneratia alba J.E. Smith
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/222
<p>Jamur endofit dikenal sebagai sumber alternatif senyawa bioaktif tumbuhan. Tumbuhan mangrove Sonneratia alba J.E. Smith diketahui berperan sebagai inang bagi jamur endofit. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis jamur endofit pada tumbuhan S. alba dan skrining kelompok senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh jamur endofit. Sampel diperoleh di Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Pamogan, Denpasar Selatan. Pengambilan sampel berupa daun, buah, dan kulit batang tumbuhan yang sehat. Organ daun, buah, dan kulit batang S. alba diisolasi secara in vitro pada media Potato Dextrose Agar (PDA). Isolat murni jamur endofit dimurnikan menurut karakteristik morfologi kemudian ditumbuhkan pada media beras. Isolat murni diidentifikasi dan dilakukan skrining fitokimia secara kolorimetri, meliputi uji alkaloid, flavonoid, dan terpenoid. Dari tujuh isolat jamur endofit diperoleh pada penelitian ini, lima isolat telah teridentifikasi yaitu Colletotrichum dan Phyllosticta dari daun. Penicillium dan Neopestalotiopsis sonneratae dari buah, dan Trichoderma harzianum dari kulit batang. Dua isolat endofit lainnya, yakni dari daun dan kulit batang belum teridentifikasi. Ketujuh isolat menghasilkan metabolit sekunder golongan alkaloid dan terpenoid.</p> <p> </p>Anak Agung Putri Suci HatiFainmarinat Selviani InabuyJunita Hardini
Copyright (c) 2024 Metamorfosa: Journal of Biological Sciences
2024-03-292024-03-291101829110.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p8Fermentasi Etanol Jangka Panjang Khamir IS258 Terimobilisasidalam Beads Matriks Alginat Metode Fed-Batch untuk Pengurangan Penggunaan Kultur Starter
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/223
<p>Imobilisasi sel menggunakan matrik penjerat (matrix entrapment) merupakan suatu proses untuk menghentikan pergerakan dari sel pada tempat tertentu dalam suatu ruang reaksi dan digunakan sebagai katalis, umumnya digunakan dalam bioteknologi seperti fermentasi etanol karena lebih efisien dan efektif dibandingkan dengan menggunakan kultur bebas. Isolat khamir IS258 adalah isolat unggul yang diambil dari industri arak di Karangasem Bali berfungsi sebagai agen fermentasi bioetanol. Pada penelitian ini, imobilisasi sel khamir IS258 dibuat dengan menggunakan natrium alginat yang berfungsi sebagai bahan penjerat atau pemerangkap (entrapment) sel khamir IS258 untuk membentuk matriks alginat-IS258. Matriks alginat-IS258 yang dibuat kemudian digunakan untuk fermentasi etanol berulang dari analog nira kelapa yang ditujukan untuk mengganti penggunaan starter baru setiap fermentasi baru dilakukan. Pada penelitian ini dilakukan analisis bagaimana kemampuan kondisi fermentasi awal dan kondisi fermentasi berjalan oleh khamir IS258 selama fermentasi analog nira berlangsung. Hasil yang diperoleh bahwa semakin lama khamir IS258 dalam beads matriks alginat digunakan maka ukuran struktur butiran (beads) matriks semakin mengembang. Ini dikarenakan populasi sel khamir IS258 yang meningkat di dalam beads matriks, sehingga ukuran beads membesar dan kemungkinan kekuatan struktur pada alginat semakin melemah. Hasil perhitungan jumlah khamir IS258 menggunakan metode total plate count menunjukkan pada beads baru sebanyak 1,6 x 105 CFU/g, dan beads matriks alginat-IS258 setelah pemakaian berulang selama 140 hari sebanyak 6,7 x 105 CFU/g, sel khamir yang mengendap sebanyak 1,5 x 106 CFU/g, dan cairan hasil fermentasi sebanyak 1,1 x 106 CFU/g. Konsentrasi etanol yang diproduksi semakin lama semakin meningkat konsentrasinya dan imobilisasi IS258 pada kalsium alginat dianggap mampu menggantikan penambahan starter IS258 dan menggantikan metode fermentasi sistem batch.</p>Ida Ayu E. P. WulandariIndah S. R. NaibahoDesi N. I. IzzabilahI M. Mahaputra WijayaIda Bagus W. GunamI W. Arnata
Copyright (c) 2024 Metamorfosa: Journal of Biological Sciences
2024-03-292024-03-29110110.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p9Kapang amilolitik asal Biosite Hutan Pelangi, Ijen Geopark, Indonesia
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/224
<p>Vegetasi Hutan Pelangi, Ijen Geopark sudah terkonservasi sejak lama, sehingga kemungkinan di dalamnya terdapat diversitas mikrobiota yang potensial sebagai agen hayati pendegradasi berbagai substrat organik. Keberadaan dan pertumbuhan mikroba dalam lingkungan Hutan Pelangi berperan penting dalam membentuk proses antara lain siklus karbon, sehingga keberadaan mikroorganisme tersebut menarik untuk dikaji secara mikrobiologi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat yang mampu mendegradasi substrat amilum secara semikuantitatif dan identifikasi secara morfologi sampai tingkat genus terhadap isolat terpilih. Penelitian diawali dengan isolasi, skrining kapang amilolitik serta identifikasinya secara fenotip terhadap isolat yang potensial aktivitas degradasinya tinggi. Hasil penelitian diperoleh 34 isolat kapang yang menunjukkan keragaman berbeda secara morfologi koloninya dan aktivitasnya dalam menghidrolisis amilum. Sejumlah 22 isolat (64,7%) menunjukkan aktivitas amilolitik dan 12 isolat (35,29%) merupakan kapang non-amilolitik. Hasil ANOVA rata-rata indeks aktivitas amilolitik isolat kapang dan uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa isolat kapang IHP30, IHP10, dan IHP9 merupakan tiga isolat kapang amilolitik dengan indeks aktivitas amilolitik tertinggi. Indeks aktivitas masing-masing yaitu isolat kapang IHP30 sebesar 1,65 ± 0,14; IHP10 sebesar 1.47 ± 0,31; dan IHP9 sebesar 1.17 ± 0,06. Berdasarkan karakteristiknya, masing-masing teridentifikasi sebagai Penicillium sp. IHP30, Penicillium sp. IHP10, dan Aspergillus sp. IHP9</p>Sutoyo SutoyoSafira Isti’nafil IslamEsti UtartiSattya ArimurtiSiswanto Siswanto
Copyright (c) 2024 Metamorfosa: Journal of Biological Sciences
2024-03-302024-03-30110110211110.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p10Perbaikan histologi hepar dan penambahan berat badan tikus (rattus norvegicus) strain wistar model malnutrisi setelah pemberian tepung pisang
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/247
<p>Pisang merupakan pangan lokal yang mengandung karbohidrat, lemak, dan protein yang tinggi dalam mencukupi kebutuhan nutrisi berpotensi memperbaiki metabolism tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran histologi hati dan penambahan berat badan pada tikus model malnutrisi setelah pemberian tepung pisang. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan, menggunakan tikus jantan (strain wistar), umur 7 minggu, rerata berat badan 120 g sejumlah 24 ekor. Kelompok perlakuan diantaranya; K- (pakan standar), K+ (pakan nasi aking), M+P0 (pakan standar), M+P1 (pakan 100% tepung pisang), M+P2 (pakan 75% tepung pisang +25% pakan standar), M+P3 (pakan 50% tepung pisang + 50% standar). Kelompok perlakuan K+ sampai perlakuan M+P3 dibuat malnutrisi dengan diberi nasi aking. Kelompok K- diberi pakan standar selama 11 minggu. Pengukuran berat badan dilakukan setiap minggu untuk masing- masing perlakuan. Setelah 11 minggu, tikus dikorbankan. Organ hati dikoleksi kemudian dibuat mikroanatomi dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Parameter kerusakan hati dideteksi melalui jumlah sel nekrosis, degenerasi hidropik, dan apoptosis pada 100 sel yang diamati. Hasil penelitian pemberian tepung pisang pada perlakuan M+P3 dapat menurunkan jumlah kerusakan sel nekrosis (p<0,05). Kombinasi pakan 50% tepung pisang dan 50% pakan standar dapat mempercepat regenerasi, menurunkan jumlah kerusakan sel, dan menghasilkan peningkatan berat badan secara signifikan (p<0,05).</p>Dinda Ayu NovitasariSri Rahayu LestariYunita Rahmawati
Copyright (c) 2024 Metamorfosa: Journal of Biological Sciences
2024-04-172024-04-17110111212110.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p11Efektifitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica) dari Pulau Timor NTT dalam Menghambat Bakteri Salmonella typhi
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/281
<p>Pisang merupakan pangan lokal yang mengandung karbohidrat, lemak, dan protein yang tinggi dalam mencukupi kebutuhan nutrisi berpotensi memperbaiki metabolism tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran histologi hati dan penambahan berat badan pada tikus model malnutrisi setelah pemberian tepung pisang. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan, menggunakan tikus jantan (strain wistar), umur 7 minggu, rerata berat badan 120 g sejumlah 24 ekor. Kelompok perlakuan diantaranya; K- (pakan standar), K+ (pakan nasi aking), M+P0 (pakan standar), M+P1 (pakan 100% tepung pisang), M+P2 (pakan 75% tepung pisang +25% pakan standar), M+P3 (pakan 50% tepung pisang + 50% standar). Kelompok perlakuan K+ sampai perlakuan M+P3 dibuat malnutrisi dengan diberi nasi aking. Kelompok K- diberi pakan standar selama 11 minggu. Pengukuran berat badan dilakukan setiap minggu untuk masing- masing perlakuan. Setelah 11 minggu, tikus dikorbankan. Organ hati dikoleksi kemudian dibuat mikroanatomi dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Parameter kerusakan hati dideteksi melalui jumlah sel nekrosis, degenerasi hidropik, dan apoptosis pada 100 sel yang diamati. Hasil penelitian pemberian tepung pisang pada perlakuan M+P3 dapat menurunkan jumlah kerusakan sel nekrosis (p<0,05). Kombinasi pakan 50% tepung pisang dan 50% pakan standar dapat mempercepat regenerasi, menurunkan jumlah kerusakan sel, dan menghasilkan peningkatan berat badan secara signifikan (p<0,05).</p>Felisitas Meli PodhiRetno KawuriSang Ketut Sudirga
Copyright (c) 2024 Metamorfosa: Journal of Biological Sciences
2024-05-072024-05-07110112213210.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p12Daya Tetas Telur Pada Suhu Ruangan Yang Berbeda dan Pertumbuhan Kopepoda Acartia spp.
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/316
<p>Salah satu jenis kopepoda dari ordo Calanoida, <em>Acartia </em>spp. meski maih terbatas telah dimanfaatkan sebagai pakan alami yang potensial pada <em>hatchery </em>ikan dikarenakan mudah diperoleh, memiliki nilai nutrisi tinggi serta secara teknis mudah dikultur. Namun, hasil produksi kultur <em>Acartia </em>spp. masih relatif rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi kopepoda adalah keberhasilan daya tetas telur, yang sangat dipengaruhi oleh kualitas telur dan faktor lingkungan terutama suhu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya tetas telur <em>Acartia </em>spp. pada suhu ruangan penetasan (hatching) 21<sup>o</sup>C dan 27<sup>o</sup>C dan pertumbuhan <em>Acartia </em>spp. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan,Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng-Bali, pada bulan Maret hingga bulan April 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penetasan dengan suhu air 27<sup>o</sup>C mencapai 100% dalam kurun waktu 48 jam. Sedangkan penetasan pada suhu air 21<sup>o</sup>C yang hanya mencapai 20% dengan kurun waktu 48 jam. Pertumbuhan <em>Acartia </em>spp. menunjukkan bahwa satu siklus <em>Acartia </em>spp. dari fase nauplii sampai mencapai fase dewasa memerlukan waktu 12 hari, dengan rincian nauplii (hari ke-1 hingga hari ke-6), fase kopepodit (hari ke-7 hingga hari ke-11), dan fase dewasa (hari ke-12). Kopepoda dewasa menunjukkan dimorphisme seksual, dengan fekunditas berkisar antara 11 hingga 30 butir telur.</p>Sephia AnjaniDeny Suhernawan YusupSuko Ismi
Copyright (c) 2024 Metamorfosa: Journal of Biological Sciences
2024-05-252024-05-25110113414310.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p13Studi Akar Mangrove Asal Wisata Hutan Mangrove Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/144-149
<p>Kota Bengkulu memiliki kawasan mangrove yang telah dimanfaatkan sebagai ekowisata, sekaligus sebagai salah satu upaya pelestarian tumbuhan mangrove yang mana tumbuhan ini memiliki kemampuan untuk hidup pada kondisi ekstrim pasang surut air laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis mangrove di kawasan hutan wisata mangrove dan mengetahui struktur anatomi akar modifikasi tumbuhan mangrove. Pengambilan sample dilakukan secara <em>purposive sampling. </em>Hasil yang diperoleh, didapatkan 3 jenis tumbuhan mangrove yaitu <em>Rhizophora apiculata, Avicennia alba, Sonneratia </em>sp. yang tumbuh pada substrat berbeda. Studi akar mangrove digunakan jenis <em>Rhizophora apiculata </em>dan<em> Avicennia alba</em>. Berdasarkan pengamatan struktur anatomi, diketahui bahwa kedua jenis mangrove ini memiliki epidermis, korteks, endodermis, perisikel, dan empulur. Namun, terdapat perbedaan pada bagian korteks <em>Rhizophora apiculata</em> yang terdapat pada substrat berbeda, yaitu korteks terdiri dari parenkim padat pada akar termodifikasi yang tumbuh pada substrat berpasir dan tumbuh di atas permukaan. Sebaliknya, akar termodifikasi yang ditemukan di bawah permukaan dengan substrat lumpur, memiliki aerenkim korteks dengan banyak ruang antar sel.</p>Fatimatuzzahra Fatimatuzzahra Evelyne RiandiniDedi SatriawanLies WinarsihRR Sri Astuti
Copyright (c) 2024 Metamorfosa: Journal of Biological Sciences
2024-05-252024-05-25110110.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p14Keanekaragaman Serangga Tanah di Jalur Interpretasi Ciwalen Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa Barat
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/336
<p>Jalur Interpretasi Ciwalen Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan habitat yang bagus untuk berbagai hewan, salah satunya serangga tanah. Serangga tanah berperan sebagai dekomposer memiliki jumlah yang melimpah sekitar 15% yang telah diketahui di Indonesia. Serangga ini memiliki habitat yang bervariasi seperti di permukaan tanah, di bawah serasah, di kulit kayu lapuk dan di beberapa bagian tumbuhan. Keberadaan serangga tanah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sebagai habitat hidupnya. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk menentukan keanekaragaman serangga tanah di Jalur Interpretasi Ciwalen TNGGP. Penelitian dilaksanakan selama seminggu di Jalur Interpretasi Ciwalen TNGGP dengan transek sepanjang 100 meter. Metode penelitian yang digunakan yaitu <em>Pitfall Trap</em> dan <em>Active Searching</em><em>-Soil and Leaf Litter Sieving</em> (<em>AS-SLLS</em>). Data hasil tangkapan serangga tanah dianalisis menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner, Indeks Kemerataan Evennes dan Indeks <em>Dominance of Simpson</em>. Hasil penelitian keanekaragaman serangga tanah diperoleh sebanyak 453 individu, diklasifikasikan ke dalam 7 ordo dan 12 famili. Keanekaragaman serangga tanah tinggi didapatkan dari metode <em>AS-SLLS</em> dengan nilai 1,42, sedangkan metode <em>Pitfall Trap</em> dikategorikan keanekaragaman rendah dengan nilai 0,79, dikarenakan ada famili Formicidae yang mendominasi. Hasil pengukuran abiotik di lokasi penelitian menunjukkan kondisi yang optimal. Penentuan keanekaragaman serangga tanah lebih baik menggunakan metode <em>AS-SLLS</em>. Jalur Interpretasi Ciwalen TNGGP memiliki habitat yang mendukung kehidupan serangga tanah</p>Amelia Rizqia Al KhairinaMeilisha Putri PertiwiRaden Teti Rostikawati
Copyright (c) 2024 Metamorfosa: Journal of Biological Sciences
2024-05-312024-05-31110115015910.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p15Uji Potensi Ekstrak Daun Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli ATCC 25922
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/352
<p>Dewasa ini, tanaman lokal dari suatu daerah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat karena dipercaya efek samping yang diakibatkan lebih kecil. Hasil kajian farmakologis sebelumnya telah ditemukan bahwa Pasak bumi (<em>Eurycoma longifolia </em>Jack) berpotensi sebagai antikanker, antimalaria, antileukemia, antiinflamasi dan antibakteri. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menguji ekstrak daun pasak bumi (<em>Eurycoma longifolia</em> Jack) sebagai antibakteri terhadap <em>Escherichia coli </em>ATCC 25922, dengan variasi konsentrasi yakni 15%, 35% dan 55% serta <em>chloramphenicol </em>(kontrol positif) dan pelarut etanol 96% (kontrol negatif) sebagai pembanding. Penelitian ini menggunakan metode difusi cakram dengan data kuantitatif dilanjutkan uji KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) dengan metode mikrodilusi cair menggunakan <em>microplate </em>96-<em>well </em>sebagai data kualitatif. Data kuantitatif dianalisis menggunakan <em>Kruskal Wallis </em>dan <em>Mann-Whitney</em> sebagai uji lanjut. Rata-rata diameter zona hambat oleh ketiga ekstrak daun pasak bumi kategori kuat secara berturut- turut yaitu 12,67mm, 17,07mm, dan 18,67mm. Berdasarkan hasil visual kultur jernih pada uji KHM, kolom sumur ke-4 dengan konsentrasi sebesar 6,875 µg/mL ditentukan sebagai konsentrasi hambat minimum.</p> <p> </p>Sari Dewi HandayaniAkhmad Akhmad
Copyright (c) 2024 Metamorfosa: Journal of Biological Sciences
2024-06-102024-06-10110116017010.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p16Karakterisasi Biokimiawi, Mikrobiologis Dan Fisikawi Dari Wine Limbah Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk)
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/354
<p><em>Wine </em>merupakan salah satu jenis minuman yang mengandung alkohol hasil fermentasi yang dibuat dengan menggunakan bahan dasar sari buah. Buah nangka merupakan salah satu buah tropis yang dapat digunakan sebagai bahan fermentasi pembuatan wine buah karena memiliki kandungan gula dan kandungan nutrisi yang tinggi. Produksi buah nangka di Bengkulu mengalami peningkatan, hal ini diikuti dengan meningkatnya limbah dari buah ini. Oleh sebab itu perlu adanya pemanfaatan limbah buah nangka salah satunya menjadi bahan dasar fermentasi wine. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan karakterisasi biokimiawi, mikrobiologis dari wine limbah buah nangka selama proses fermentasi dan karakterisasi fisikawi setelah proses penjernihan wine. Wine limbah nangka difermentasi dengan 3 perlakuan konsentrasi yakni 1:1, 2:1 dan 1:2 serta 3 perlakuan lama waktu fermentasi yakni 4, 8, dan 12 hari, kemudian dilakukan penjernihan wine selama 30 hari. Pengukuraan karakter biokimiawi dan mikrobiologis diukur selama proses fermentasi berlangsung sedangkan pengukuran karakter fisikasi atau organoleptik dilakukan setelah proses penjernihan. Hasil penelitian ini adalah semakin lama waktu fermentasi maka semakin terjadi penurunan gula reduksi dan pH serta peningkatan kadar etanol, total asam, jumlah khamir hidup dan jumlah khamir mati pada setiap wine nangka dengan perbedaan konsentrasi. Wine limbah nangka dengan konsentrasi 2:1 memiliki kadar etanol, total asam, jumlah khamir hidup dan mati tertinggi serta memiliki pH terendah dari kedua perlakuan wine lainnya. Wine limbah nangka dengan konsentrasi 1:2 memiliki warna yang cerah, jernih, memiliki aroma dan rasa buah dan alkohol serta paling disukai oleh panelis dibandingkan kedua perlakuan wine lainnya.</p>Mika Yanti A. PasaribuAfrizal MayubEuis Nursa’adah
Copyright (c) 2024 Metamorfosa: Journal of Biological Sciences
2024-06-102024-06-10110117118110.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p17Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Kele (Brasica oleracea var. sabellica) Terhadap Kadar Malondialdehide, Profil Gula Darah, SGOT, dan SGPT Tikus (Rattus norvegicus) Jantan Yang Diinduksi Aloksan
https://ejournal3.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/404
<p>Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by hyperglycemia due to a lack of insulin or caused by insulin resistance. The aim of this study was to determine the effectiveness of kale leaf extract on blood sugar levels, SGOT, SGPT, MDA, and rat liver histology induced by alloxan. This study used 3 months old adult rats weighing 200-300 grams. The research design used was a Completely Randomized Design (CRD) consisting of 5 treatments and for each treatment, there were 5 replications. Five treatments consisted of K- as a negative control (given 0.2 ml NaCl), K + as a positive control (given alloxan dose 120 mg / kg BW), P1 (given alloxan dose 120 mg / kg BW and kale leaf extract 250 mg / kg BW), P2 (given alloxan dose of 120 mg / kg BW and 500 mg / kg BW of kale leaf extract) and P3 (given alloxan dose of 120 mg / kg BW and kale leaf extract of 1000 mg / kg BW). The treatment given to male rats was carried out for 28 days. Furthermore, checking blood sugar levels, SGOT, SGPT, and MDA The data obtained were analyzed using the SPSS 15.0 program. The results showed that giving kale leaf ethanol extract at a dose of 1000 mg/kg BW was the most effective in reducing levels of <em>Malondialdehyde</em> (MDA), blood sugar levels, SGOT, SGPT, and liver in alloxan-i</p> <p> </p>Putu Ari WijanadipaA. A. S. A. SukmaningsihNi Putu Adriani Astiti
Copyright (c) 2024 Metamorfosa: Journal of Biological Sciences
2024-07-042024-07-04110118219210.24843/metamorfosa.2024.v11.i01.p18